Kisah Si Pemutus Kata

Posted by Muhd Issyam Ismail Monday, September 7, 2009, under | 1 comments

44. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.( Al-Maidah )



45. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.( Al-Maidah)



47. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya .barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.(Al-Maidah)




Menahan sebak di dada , dia menutup mushaf di tangannya itu.Dia pasrah.Hanya Tuhanlah tempat terakhir dia mesti memohon petunjuk .Dia menunaikan solat Istikharah dan berdoa dengan hati yang menyerah memohon petunjuk dari Tuhannya yang menjanjikan azab bagi mereka yang kafir,zalim dan fasik .



Hukuman mati atau dibebaskan . Cuma satu yang perlu dia putuskan .



Tapi dia sangsi……..



Dia berhukum dengan hukum Allah atau hukum manusia (sivil)?



Adakah si pesalah itu bersalah atau tidak? , jika tak , adakah azab Tuhan akan menanti dia jika dia salah dalam memberikan hukuman?



Jujur dalam hatinya , dia sanggup melepaskan 10 orang yang bersalah daripada menghukum seorang yang tidak bersalah .



……………………………



Beeeeeep!!!



“Mahkamah bangun!!!!!!!!”




(kesudahan? Bak kata nabil , lu piki la sendiri , assalamualaikum)



*Based on true story di mahkamah sivil , tapi kene modified skit nak kasi effect lebih. ;-).




*Dulu time saya bagitau salah seorang ustaz mtaq yang saya akan amik law kat uia , dia ada baca satu hadis, tak ingat matan dia , tapi mafhum dia , barangsiapa yang terlibat di dalam urusan memberikan keputusan atau menjatuhkan hukuman ( dengan makna lain hakim) , sebelah kakinya sudah berada di dalam neraka.

One Response to "Kisah Si Pemutus Kata"

  1. penunjuk cara Says:

    aslmkm..
    penah tanya sorg senior ttg isu ni..
    dia ckp kalau brada kat ngara yg mengamalkan undg2 mcm tu..
    still blh utk jadi sbb memenuhi tntutan fard kifayah tu sdiri..

    ke ade reason lain utk bangkang or stuju?